Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas pada tahun 2025. Kedua negara terlibat baku tembak dan serangan balasan yang menewaskan sejumlah tentara dan warga sipil. Sengketa ini bukan hal baru, melainkan berakar panjang sejak masa kerajaan kuno hingga era kolonial. Berikut penjelasan mendalam mengenai latar belakang konflik dan bagaimana perbandingan kekuatan militer kedua negara.
Latar Belakang Sengketa: Perebutan Wilayah Kuil Preah Vihear
Sengketa antara Thailand dan Kamboja berpusat pada Kuil Preah Vihear, sebuah kompleks candi Hindu abad ke-9–10 yang dibangun oleh Kerajaan Khmer. Pada masa kejayaan Khmer, wilayah ini jelas berada di bawah kekuasaan mereka. Namun, seiring runtuhnya kekuasaan Khmer, Kerajaan Ayutthaya (cikal bakal Thailand modern) berkembang pesat dan menguasai sebagian besar wilayah yang kini menjadi Kamboja, termasuk area sekitar kuil tersebut.
Masa Kolonial dan Perjanjian Perancis–Siam
Memasuki abad ke-19, Perancis menjadikan Kamboja sebagai protektorat setelah Raja Norodom meminta perlindungan dari tekanan Siam. Dalam Perjanjian 1867, Siam harus melepaskan wilayah-wilayah tertentu yang sebelumnya mereka kuasai. Pada tahun 1907, Perancis memetakan ulang perbatasan dengan mengacu pada perjanjian 1904 yang menggunakan batas alami seperti aliran sungai. Hasil pemetaan itu menempatkan Kuil Preah Vihear di wilayah Kamboja, meskipun secara topografi berada di dataran tinggi yang lebih dekat ke Thailand.
Konflik Pasca Kemerdekaan Kamboja
Ketika Kamboja merdeka dari Perancis pada 1953, Thailand segera menduduki wilayah sekitar kuil tersebut. Perselisihan pun dibawa ke Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1962. ICJ memutuskan kuil Preah Vihear adalah milik Kamboja, namun tidak menjelaskan status wilayah di sekitarnya. Akibatnya, meski Thailand menyerahkan kuil tersebut, kedua negara tetap saling mengklaim area sekitarnya.
Ketegangan meningkat lagi pada 2008–2011, memicu baku tembak yang menewaskan 40 orang. Konflik mereda setelah kesepakatan 2013 yang menunjuk Indonesia sebagai pemantau perbatasan. Namun, pada 2025, konflik serupa kembali pecah dengan intensitas lebih tinggi, melibatkan serangan udara dan drone.
Mengapa Konflik Ini Terus Terjadi?
Beberapa faktor utama penyebab konflik adalah:
-
Peta Warisan Kolonial – Peta buatan Perancis pada 1907 masih menjadi dasar klaim Kamboja, sementara Thailand berargumen batas alami seharusnya berbeda.
-
Nilai Strategis dan Simbolis – Kuil Preah Vihear bukan sekadar situs sejarah, tetapi juga titik strategis di dataran tinggi yang menguasai pemandangan sekitarnya.
-
Nasionalisme – Kedua negara memandang kepemilikan kuil ini sebagai simbol kedaulatan dan harga diri bangsa.
-
Potensi Ekonomi – Kawasan ini berpotensi menjadi destinasi wisata religius yang mendatangkan devisa.
Perbandingan Kekuatan Militer Thailand vs Kamboja
Dalam hampir semua aspek, Thailand unggul signifikan dibanding Kamboja, baik dari jumlah personel, anggaran, maupun modernisasi alutsista.
1. Jumlah Personel
-
Thailand: ±360.850 personel aktif
-
Kamboja: ±221.000 personel
2. Anggaran Militer
Anggaran Thailand mencapai tujuh kali lipat dibanding Kamboja, memungkinkan modernisasi peralatan tempur dan pembelian senjata mutakhir.
3. Angkatan Udara
-
Thailand memiliki sekitar 92 pesawat tempur modern seperti F-16.
-
Kamboja tidak memiliki pesawat tempur aktif; armada lama seperti MiG-17 dan MiG-21 sudah tidak operasional.
-
Kamboja mengandalkan rudal pertahanan udara Hongqi-12 buatan Cina untuk mengimbangi dominasi udara Thailand.
4. Kendaraan Tempur Darat
Keduanya memiliki sekitar 600 kendaraan tempur, namun kualitas berbeda jauh. Thailand menggunakan tank VT4 (Cina) dan T-84 (Ukraina) yang relatif modern, sedangkan Kamboja masih mengandalkan tank tua era Uni Soviet.
5. Angkatan Laut
Thailand memiliki kapal perang dan kapal patroli modern, sementara Kamboja hanya mengoperasikan kapal patroli kecil dengan kemampuan terbatas.
Prospek Penyelesaian Konflik
Penyelesaian sengketa ini memerlukan diplomasi intensif karena faktor historis dan emosional sangat kuat. Upaya mediasi oleh negara ASEAN, seperti yang pernah dilakukan Indonesia pada 2013, kemungkinan kembali diperlukan. Tanpa kesepakatan yang jelas mengenai garis perbatasan, konflik serupa berpotensi terulang di masa depan.
Kesimpulan
Konflik Thailand–Kamboja adalah contoh klasik sengketa warisan kolonial yang belum tuntas. Meski kuil Preah Vihear secara hukum internasional milik Kamboja, area sekitarnya tetap diperebutkan. Dari sisi militer, Thailand jelas unggul, namun bukan berarti konflik dapat diselesaikan dengan kekuatan semata. Solusi damai melalui negosiasi dan pengawasan internasional tetap menjadi jalan terbaik untuk mencegah korban lebih banyak.
kanalesia.com | Bringing the knowledge you need