Kepunahan Massal Kapur-Paleogen: Berakhirnya Dinosaurus dan Awal Era Kenozoikum

Sekitar 66 juta tahun yang lalu, bumi mengalami salah satu peristiwa paling dramatis dalam sejarah kehidupan: kepunahan massal Kapur–Paleogen (K–Pg). Peristiwa ini menandai akhir dari era Mesozoikum, masa kejayaan dinosaurus, dan menjadi titik awal bagi era Kenozoikum, zaman di mana mamalia dan burung modern mulai mendominasi bumi.


Asal Usul Peristiwa Kepunahan Massal

Peristiwa kepunahan ini diyakini disebabkan oleh tumbukan asteroid raksasa di wilayah Semenanjung Yucatán, Meksiko, yang membentuk Kawah Chicxulub berdiameter sekitar 180 kilometer. Dampaknya sangat menghancurkan — debu dan partikel yang terlempar ke atmosfer menutupi sinar matahari selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Akibatnya, suhu bumi turun drastis, proses fotosintesis terganggu, dan rantai makanan global runtuh. Sekitar 75% spesies di bumi punah, termasuk hampir semua dinosaurus non-unggas, pterosaurus, dan ammonit di lautan.


Bukti Geologis: Lapisan Iridium dan Fosil Pakis

Para ilmuwan dapat mengenali batas waktu antara periode Kapur dan Paleogen melalui lapisan tipis batuan yang kaya akan unsur iridium, elemen langka di kerak bumi namun melimpah pada asteroid. Lapisan ini menjadi penanda kuat bahwa peristiwa besar dari luar angkasa telah terjadi.

Di atas lapisan iridium tersebut, ditemukan pula fosil spora pakis dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa setelah bencana besar itu, pakis menjadi tumbuhan pertama yang tumbuh kembali, mirip seperti cara mereka tumbuh setelah kebakaran hutan di masa kini. Fenomena ini dikenal sebagai “pakis rebound” — simbol awal pemulihan ekosistem bumi.


Dampak Langsung terhadap Kehidupan di Bumi

Ketika debu dan asap menutupi langit, sinar matahari tidak mampu mencapai permukaan bumi. Suhu turun tajam, menyebabkan musim dingin global selama bertahun-tahun. Tumbuhan mati, dan hewan herbivora kehilangan sumber makanan. Hewan karnivora yang bergantung pada mereka pun ikut lenyap.

Hanya spesies dengan kemampuan beradaptasi tinggi, pola makan fleksibel, dan ukuran tubuh kecil yang berhasil bertahan hidup. Inilah alasan mengapa sebagian kecil mamalia kecil, burung, buaya, dan serangga mampu melewati masa krisis tersebut.


Kebangkitan Mamalia: Dari Hewan Kecil ke Penguasa Bumi

Setelah kepunahan dinosaurus, bumi memasuki periode Paleosen, fase awal era Kenozoikum yang berlangsung dari sekitar 66 hingga 23 juta tahun lalu. Inilah masa pemulihan ekosistem bumi dan awal kebangkitan mamalia.

Mamalia kecil seperti Purgatorius, nenek moyang awal primata, menjadi contoh hewan yang mampu beradaptasi. Ukuran tubuh mereka yang kecil dan kemampuan bersembunyi di liang tanah membantu mereka bertahan dari kondisi ekstrem. Mereka adalah nenek moyang jauh manusia modern.

Mengapa Mamalia Selamat?

Beberapa faktor yang membuat mamalia berhasil bertahan:

  • Ukuran kecil, sehingga kebutuhan energi lebih sedikit.

  • Bersifat nokturnal, aktif di malam hari, menghindari predator besar.

  • Pola makan generalis, tidak tergantung pada satu jenis makanan.

  • Kemampuan menggali atau bersembunyi, melindungi diri dari suhu ekstrem.

Dengan dinosaurus punah, ceruk ekologi yang dulu mereka tempati menjadi kosong. Dalam beberapa juta tahun, mamalia mulai berdiversifikasi secara besar-besaran — fenomena ini dikenal sebagai radiasi adaptif. Dari sinilah muncul berbagai bentuk mamalia seperti:

  • Pemakan tumbuhan besar (herbivora) seperti tapir dan gajah purba

  • Pemakan daging (karnivora) seperti anjing purba dan kucing bergigi pedang

  • Mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba

  • Mamalia terbang seperti kelelawar

Era ini dikenal sebagai “Zaman Keemasan Mamalia”.


Evolusi Tumbuhan: Dominasi Tumbuhan Berbunga

Selain mamalia, tumbuhan berbunga (angiospermae) juga mengalami kebangkitan besar. Mereka adalah salah satu kelompok tumbuhan yang selamat dari kepunahan, menggantikan dominasi tumbuhan runjung (gymnospermae) di era sebelumnya.

Tumbuhan berbunga berkembang pesat dan menciptakan sumber makanan baru bagi banyak hewan, terutama mamalia dan serangga penyerbuk. Hubungan simbiotik antara keduanya mempercepat proses evolusi bersama (koevolusi) yang memperkaya keanekaragaman hayati bumi.


Era Kenozoikum: Dunia Baru Setelah Dinosaurus

Era Kenozoikum, yang berarti “kehidupan baru”, berlangsung dari 66 juta tahun lalu hingga sekarang. Dalam skala waktu geologi, era ini dibagi menjadi tiga periode utama:

  1. Paleogen (66–23 juta tahun lalu) – pemulihan bumi dan awal dominasi mamalia.

  2. Neogen (23–2,6 juta tahun lalu) – munculnya banyak spesies baru, termasuk hominid awal.

  3. Kuarter (2,6 juta tahun lalu – sekarang) – munculnya manusia modern (Homo sapiens).

Walau sering disebut sebagai “Era Mamalia”, kenyataannya banyak kelompok lain juga berkembang pesat, seperti burung, ikan bertulang sejati (aktinopterigi), reptil kecil, dan serangga. Ekosistem bumi menjadi jauh lebih kompleks dibandingkan masa Mesozoikum.


Mengapa Beberapa Spesies Bertahan dan yang Lain Tidak?

Pertanyaan besar para ilmuwan adalah: mengapa sebagian spesies bertahan hidup, sementara yang lain punah?

Contohnya, buaya selamat sementara mosasaurus tidak, padahal keduanya hidup di air. Salah satu alasannya, buaya memiliki metabolisme lambat, dapat bertahan lama tanpa makan, dan bersifat predator oportunis yang bisa memakan apa saja.

Begitu pula burung berparuh keras, yang mampu memakan biji-bijian kering dan tahan lama, lebih mudah bertahan dibanding kerabat mereka yang bergigi dan pemakan serangga. Artinya, fleksibilitas biologis dan ekologis menjadi kunci keberlangsungan hidup pasca bencana.


Kesimpulan: Dari Kehancuran Lahir Kehidupan Baru

Kepunahan massal Kapur–Paleogen bukan hanya akhir dari kehidupan dinosaurus, tetapi juga awal dari babak baru evolusi bumi. Dari abu kehancuran itu, muncul tumbuhan berbunga, burung modern, dan mamalia cerdas — termasuk manusia.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa dalam sejarah bumi, setiap kehancuran besar sering kali diikuti oleh kebangkitan kehidupan baru. Sains masih terus menggali misteri masa lalu ini, untuk memahami bagaimana kehidupan mampu bertahan dan berkembang di tengah kehancuran global.

Leave a Reply