
Gudang Garam, salah satu raksasa industri rokok nasional, sedang menghadapi tantangan besar. Perusahaan yang selama puluhan tahun menjadi simbol kekuatan bisnis tembakau di Indonesia ini kini menunjukkan tanda-tanda rapuh. Pertanyaannya: bagaimana bisa industri yang terlihat kuat justru terancam tumbang?
Padahal, menurut data WHO, 73,2% pria Indonesia adalah perokok aktif—angka yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi perokok tertinggi di dunia. Namun, kenyataannya tidak seindah kelihatannya. Laba bersih Gudang Garam anjlok lebih dari 82% dalam satu tahun terakhir.
Penurunan Drastis dalam Kinerja Keuangan
Pada tahun 2019, Gudang Garam mencatat laba bersih sebesar Rp10,8 triliun. Namun pada 2024, angka itu merosot tajam menjadi hanya Rp981 miliar. Penurunan tajam ini juga tercermin pada harga sahamnya, yang meluncur dari kisaran Rp90.000 per lembar menjadi hanya sekitar Rp9.600.
Sebagai langkah efisiensi, Gudang Garam bahkan menghentikan pembelian tembakau dari wilayah Temanggung karena stok yang menumpuk dan dinilai cukup untuk kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan. Ini adalah sinyal kuat bahwa perusahaan tengah melakukan penghematan besar-besaran.
Apa Penyebabnya?
1. Kenaikan Cukai dan Harga Rokok
Kementerian Keuangan secara berkala menaikkan cukai rokok dan Harga Jual Eceran (HJE), yang langsung berdampak pada harga jual di pasaran. Akibatnya, daya beli masyarakat stagnan bahkan menurun. Rokok menjadi barang mahal, dan konsumen mulai beralih ke produk yang lebih murah—termasuk rokok ilegal.
2. Meningkatnya Peredaran Rokok Ilegal
Peredaran rokok tanpa cukai kini semakin meluas. Dalam lima bulan pertama tahun 2025, Bea Cukai Jawa Tengah dan DIY menyita 61 juta batang rokok ilegal. Rokok ilegal ini dijual dengan harga jauh lebih murah, dan tanpa beban pajak negara, menjadikannya saingan serius bagi produsen resmi seperti Gudang Garam.
3. Lesunya Pasar Ekspor dan Domestik
Permintaan rokok Gudang Garam juga menurun baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri:
-
Penjualan ekspor turun 12,1%
-
Penjualan domestik turun 17%
Dengan dua pasar utama sama-sama melemah, tekanan terhadap arus kas perusahaan menjadi semakin berat.
4. Ketertinggalan dalam Inovasi Produk
Tren konsumsi rokok juga mulai bergeser ke rokok elektrik atau vape. Sayangnya, Gudang Garam masih fokus di segmen rokok konvensional dan belum memiliki produk unggulan di pasar rokok elektrik, tidak seperti para pesaingnya. Ketertinggalan inovasi ini memperparah posisi mereka di pasar.
Dampak yang Lebih Luas dari Sekadar Bisnis
1. Ancaman Terhadap Lapangan Kerja
Industri rokok menyerap sekitar 5 hingga 6 juta tenaga kerja, mulai dari petani tembakau, buruh linting, hingga distributor dan pedagang eceran. Jika Gudang Garam benar-benar kolaps:
-
20.000 karyawan langsung terdampak
-
Ratusan ribu pekerja lainnya dalam rantai distribusi juga ikut terpengaruh
Di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil, kehilangan sumber penghasilan bisa menjadi bencana bagi banyak keluarga.
2. Penerimaan Negara Bisa Anjlok
Cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara:
-
Pada 2022, total penerimaan negara dari cukai rokok mencapai Rp226 triliun
-
7,8% dari total pendapatan negara berasal dari cukai, lebih besar dibandingkan kontribusi BUMN yang hanya sekitar 2,7%
Jika perusahaan rokok resmi seperti Gudang Garam tumbang, dan pasarnya diambil alih oleh produk ilegal, negara berisiko kehilangan sumber pendanaan penting, termasuk untuk sektor kesehatan dan infrastruktur.
Industri yang Harus Berbenah
Kondisi Gudang Garam saat ini bukan hanya cermin dari satu perusahaan, melainkan bisa menjadi indikator kegentingan seluruh industri rokok konvensional di Indonesia. Jika perusahaan besar saja bisa terguncang, pabrik-pabrik kecil yang lebih rentan bisa lebih cepat tumbang dalam efek domino.
Langkah yang Diperlukan:
-
Inovasi produk (termasuk ekspansi ke rokok elektrik/vape)
-
Peningkatan efisiensi produksi dan distribusi
-
Kebijakan pemerintah yang seimbang antara tujuan kesehatan publik dan keberlangsungan ekonomi formal
Kesimpulan
Gudang Garam adalah bagian dari ekosistem ekonomi yang luas dan kompleks. Di balik satu bungkus rokok, ada jutaan orang yang menggantungkan hidupnya, dari petani tembakau, buruh pabrik, hingga pedagang kecil di pelosok desa.
Jika perusahaan sekelas Gudang Garam goyah, ini bukan hanya soal kerugian bisnis, tetapi soal kelangsungan ekonomi masyarakat dan stabilitas penerimaan negara. Ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang terus berubah, bahkan pemain besar pun harus mampu beradaptasi—atau bersiap untuk tumbang.
kanalesia.com | Bringing the knowledge you need