
Masa Keemasan: Merancang Masa Depan di Pergelangan Tangan
Casio, nama yang identik dengan jam tangan digital, pernah menjadi simbol masa depan. Di masa jayanya, setiap produk Casio terasa seperti potongan kecil dari dunia futuristik: jam yang bisa menghitung, menyimpan data, memutar musik, bahkan memotret. Mereka tidak hanya membuat jam; mereka merancang dunia di pergelangan tangan.
Namun, ironi muncul ketika masa depan yang dulu mereka impikan benar-benar tiba dalam bentuk smartwatch. Di saat Apple, Samsung, dan Garmin berlomba-lomba memimpin pasar ini, Casio justru tertinggal dan perlahan menghilang dari peta inovasi digital.
Lalu, bagaimana bisa Casio—yang dulu sangat visioner—justru tidak siap menghadapi masa depan yang mereka bantu ciptakan?
Awal Mula: Dari Pipa Rokok hingga Kalkulator Digital
Tahun 1946, Jepang baru saja kalah dalam Perang Dunia II. Negara itu dalam kondisi krisis. Kota-kota hancur, ekonomi lumpuh, dan rakyat hidup dalam kekurangan. Di tengah situasi sulit tersebut, Tadao Kashio, seorang insinyur, melihat peluang dari kebiasaan masyarakat: rokok.
Banyak orang saat itu menghisap rokok sampai benar-benar habis. Untuk menghindari jari terbakar, Tadao menciptakan sebuah alat sederhana bernama UBI Pipe, pipa logam kecil yang memungkinkan rokok dihisap hingga tuntas. Produk sederhana ini laku keras dan menjadi pijakan awal bisnis keluarga Kashio.
Namun, mereka sadar bahwa pipa rokok bukanlah masa depan. Bersama tiga adiknya, Tadao mulai mencari produk yang lebih relevan dan tahan lama. Pada tahun 1949, dalam sebuah pameran di Ginza, mereka melihat kalkulator elektrik—alat yang canggih namun lambat dan bising. Di sinilah visi baru lahir: membuat kalkulator elektrik yang lebih baik.
Setelah bertahun-tahun penelitian, akhirnya lahirlah Casio 14A, kalkulator digital compact pertama di dunia. Ukurannya kecil, desainnya ringkas, dan keyboard-nya jauh lebih nyaman dibandingkan sistem roda dan tuas yang umum digunakan saat itu. Produk ini menjadi titik balik besar bagi Casio.
Terobosan Baru: Menyentuh Waktu Lewat Inovasi
Kesuksesan kalkulator membuka jalan bagi Casio untuk melihat peluang lain: jam tangan digital. Saat itu, teknologi jam tangan sedang mengalami revolusi besar dengan hadirnya mesin quartz, yang jauh lebih akurat dan murah dibandingkan jam mekanik.
Casio tak ingin sekadar ikut-ikutan. Mereka ingin membuat perbedaan. Maka lahirlah jam tangan digital pertama Casio yang dilengkapi fitur revolusioner: kalender otomatis yang tahu jumlah hari di tiap bulan, termasuk tahun kabisat. Fitur ini belum pernah ada sebelumnya, dan langsung membuat pasar heboh.
Sejak itu, Casio terus mengguncang dunia jam tangan:
-
Casio F100 – Jam tangan futuristik dengan stopwatch dan alarm, terkenal setelah digunakan karakter Ripley di film Alien.
-
Casio CA-50 – Jam tangan kalkulator yang ikonik, dipopulerkan oleh Marty McFly di film Back to the Future.
-
G-Shock DW-5000C (1983) – Jam tahan banting dan tahan air yang lahir dari kekecewaan seorang insinyur muda, Kikuo Ibe, karena jam pemberian ayahnya rusak. Setelah ratusan prototipe, G-Shock lahir dan menjadi legenda global.
Puncak Inovasi: Saat Casio Menjadi Peramal Masa Depan
Casio tak pernah berhenti berinovasi. Beberapa produk ikonik lainnya meliputi:
-
Casio F91W – Jam digital murah, ringan, dan tahan lama yang dijuluki “jam sejuta umat”. Bahkan, tokoh dunia seperti Osama bin Laden dan Barack Obama pernah memakainya.
-
VDB-1000 – Jam tangan layar sentuh pertama di dunia.
-
WQV-1 – Jam tangan dengan kamera bawaan pertama.
-
WMP-1 – Jam tangan yang bisa memutar file MP3.
Dengan semua inovasi tersebut, Casio bukan hanya pemimpin pasar, tetapi juga peramal yang selalu mencoba membaca masa depan teknologi digital.
Masa Kejatuhan: Ketika Masa Depan Benar-benar Datang
Namun, di sinilah letak ironi besar. Saat smartwatch hadir membawa semua impian teknologi digital—layar sentuh, konektivitas, sensor kesehatan, GPS—Casio justru memilih mundur.
Apple, Samsung, Garmin, dan banyak brand lain berlomba mengembangkan ekosistem smartwatch, sementara Casio berpegang teguh pada definisi klasik jam tangan. Mereka bahkan menyebut smartwatch sebagai “tablet kecil”, bukan jam tangan sejati.
Padahal, Casio pernah menciptakan jam dengan layar sentuh, kalkulator, bahkan kamera—fitur-fitur yang kini jadi standar di smartwatch modern.
Mereka memang sempat mencoba peruntungan di pasar ini lewat lini Casio ProTrek Smart, namun hasilnya jauh dari memuaskan. Tanpa dukungan ekosistem, aplikasi, dan inovasi yang konsisten, ProTrek gagal bersaing dan akhirnya resmi dihentikan pada tahun 2022.
Apa yang Salah?
Casio terjebak pada definisi dan idealisme mereka sendiri. Mereka gagal beradaptasi dengan perubahan pasar yang semakin mengutamakan integrasi teknologi, konektivitas, dan pengalaman pengguna. Sementara para pesaing memahami smartwatch sebagai perpanjangan dari smartphone, Casio tetap memandang jam tangan dari sudut pandang klasik.
Ironisnya, masa depan yang dulu mereka bayangkan telah benar-benar datang—namun mereka sendiri justru enggan menjadi bagian dari itu.
Penutup
Casio adalah legenda. Perusahaan ini pernah menjadi simbol inovasi dan futurisme. Mereka menciptakan jam-jam tangan luar biasa yang dikenang dan dikoleksi hingga kini.
Namun sejarah juga menunjukkan bahwa menjadi pionir saja tidak cukup. Tanpa adaptasi, bahkan sang perintis pun bisa tertinggal.
Kini, Casio masih ada. Mereka tetap menjual jam tangan digital, G-Shock, dan produk-produk lainnya. Tapi kejayaan masa lalunya menjadi pelajaran penting tentang pentingnya berubah seiring zaman—sebab masa depan tidak akan menunggu siapa pun, bahkan untuk mereka yang pernah menciptakannya.
kanalesia.com | Bringing the knowledge you need