Daratan Sahul: Kisah Papua Purba yang Terhubung dengan Australia


Daratan Sahul adalah nama yang mungkin belum begitu dikenal oleh masyarakat umum, namun keberadaannya sangat penting dalam sejarah geologi dan evolusi di wilayah Asia Tenggara dan Oseania. Sahul merupakan daratan purba yang dulu menghubungkan Australia, Papua, dan Tasmania dalam satu kesatuan daratan yang luas, ribuan tahun sebelum lautan memisahkan mereka.

Pengetahuan tentang daratan ini tidak hanya membuka wawasan tentang masa lalu bumi, tetapi juga membantu kita memahami hubungan evolusioner antara flora, fauna, bahkan manusia purba yang menghuni kawasan ini.


Asal Usul Daratan Sahul

Pada masa Zaman Es Terakhir (sekitar 70.000 hingga 20.000 tahun lalu), permukaan air laut di seluruh dunia turun drastis karena sebagian besar air membeku di kutub. Akibatnya, wilayah-wilayah paparan benua seperti Sahul yang biasanya terendam menjadi kering dan membentuk daratan baru yang luas.

Daratan Sahul menyatukan:

  • Benua Australia

  • Pulau Papua (Papua Indonesia dan Papua Nugini)

  • Tasmania

  • Kepulauan Aru dan sekitarnya

Selama puncak zaman es atau Glasial Maksimum, wilayah ini ditutupi oleh padang rumput dan hutan terbuka. Namun seiring waktu, ketika iklim mulai menghangat, es mencair, dan permukaan laut kembali naik, sebagian besar wilayah Sahul kembali terendam, menyisakan daratan-daratan tinggi seperti Papua dan Australia yang kita kenal hari ini.


Asal Nama dan Penemuan Sahul

Istilah “Sahul” pertama kali digunakan dalam peta buatan Belanda abad ke-17 untuk menunjukkan wilayah laut dangkal di antara Australia dan Papua. Gagasan tentang daratan luas yang dulu menghubungkan wilayah-wilayah ini pertama kali diajukan oleh George Windsor Earl pada tahun 1845, yang mengamati kesamaan fauna antara Papua dan Australia, seperti keberadaan kanguru dan kasuari di kedua wilayah.

Ia juga mencetuskan ide tentang daratan purba lain di Asia Tenggara, yang kini dikenal sebagai Sundaland (Sunda Shelf), tempat Indonesia bagian barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan) dulunya bersatu dengan Asia daratan.


Peran Aktivitas Tektonik

Daratan Sahul tidak hanya terbentuk karena turunnya permukaan laut, tapi juga karena peran penting lempeng tektonik. Wilayah Papua berada di zona pertemuan beberapa lempeng aktif, menyebabkan terbentuknya pegunungan tinggi seperti Pegunungan Tengah Papua, dengan ketinggian hampir mencapai 5.000 meter.

Sementara itu, benua Australia yang relatif stabil secara geologis menyimpan formasi kuno seperti Uluru (Ayers Rock), yang terbentuk dari proses erosi dan sedimentasi jutaan tahun silam.


Vegetasi dan Lingkungan Sahul Purba

Berdasarkan penelitian sedimen laut menggunakan alat piston core, para ilmuwan berhasil merekonstruksi jenis vegetasi purba di wilayah Sahul. Diketahui bahwa wilayah ini pernah dipenuhi padang rumput kering, hutan eukaliptus, dan rawa-rawa tropis. Ketika permukaan laut mulai naik, dataran ini berubah menjadi:

  • Hutan mangrove

  • Rawa air asin

  • Hutan hujan tropis

Transformasi ekosistem ini terjadi secara bertahap selama ribuan tahun, dan berperan penting dalam membentuk ekologi Papua dan Australia modern.


Fauna Sahul: Kisah Evolusi Unik

Keanekaragaman fauna di daratan Sahul menunjukkan bagaimana spesies beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan isolasi geografis:

1. Kanguru Pohon di Papua

Kanguru yang hidup di padang Australia berevolusi menjadi kanguru pohon di Papua. Untuk beradaptasi dengan lingkungan hutan lebat dan lembab:

  • Kaki belakang menjadi lebih pendek

  • Kaki depan berkembang untuk memanjat

  • Cakar tajam membantu bergelantungan di kanopi

2. Burung Cendrawasih

Cendrawasih berevolusi dari burung pengicau Australia yang bermigrasi ke Papua. Terisolasi oleh pegunungan, mereka berkembang menjadi 39 spesies berbeda, dengan keindahan bulu dan perilaku kawin yang unik.

3. Monotremata: Mamalia Purba

Papua dan Australia juga menjadi rumah bagi mamalia unik seperti:

  • Platipus, mamalia bertelur dengan paruh seperti bebek

  • Echidna, atau landak semut, hewan bertelur namun menyusui

Kelompok ini hanya ada di Sahul dan merupakan contoh “fosil hidup” yang masih bertahan sejak zaman dinosaurus.

4. Kasuari

Burung besar tak bisa terbang ini memiliki kemiripan dengan burung unta dan emu. Kasuari berperan penting dalam penyebaran biji-bijian di hutan hujan tropis, dan diyakini telah ada sejak pangaea masih menyatu.


Jejak Manusia Purba di Sahul

Penelitian genetik menunjukkan bahwa Homo sapiens telah menghuni wilayah Sahul sejak 50.000–65.000 tahun lalu. Mereka bermigrasi dari Afrika, melewati Asia Tenggara, lalu menyeberangi lautan menuju Australia dan Papua.

Simulasi modern oleh ilmuwan seperti Robert Petnarik membuktikan bahwa perjalanan laut sejauh 100 km bisa dilakukan menggunakan rakit bambu dan alat-alat batu — tanpa bantuan teknologi modern.

Jejak genetik suku Aborigin Australia sangat mirip dengan penduduk pegunungan Papua. Ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari kelompok leluhur yang sama, namun kemudian terpisah akibat naiknya permukaan laut.


Kesimpulan: Papua dan Australia yang Pernah Bersatu

Daratan Sahul adalah kisah luar biasa tentang bagaimana perubahan iklim dan geologi membentuk dunia yang kita tinggali saat ini. Jejaknya masih bisa kita lihat di Papua dan Australia — dari fauna yang unik, hingga jejak budaya dan genetika manusia purba.

Mempelajari Sahul tidak hanya memperkaya pengetahuan tentang masa lalu, tetapi juga membuka wawasan tentang perubahan lingkungan yang mungkin terjadi di masa depan.

Have any Question or Comment?

Leave a Reply